Jumat, 02 Desember 2011

Indahnya Cinta yang Tak Disengaja


 Keseharian Aris tak pernah lepas dari Sinta. Aris selalu mendampinginya dalam suka maupun duka. Aris adalah sahabat yang paling mengerti perasaan Sinta, hingga kedekatan mereka membuat teman-temannya mengira kalau mereka mempunyai hubungan spesial. Aris dan Sinta juga merupakan teman satu kelas di sekolahnya. Saat jam istirahat, Aris dan Sinta pergi ke perpustakaan untuk membaca buku bersama.
“ Ta…..kamu ngerasa nggak? Anggapan teman-teman kita itu benar?” tanya Aris.
“ Anggapan apaan? Oh anggapan kalau kita punya hubungan special itu…..,” sela Sinta.
“ Iyaa….,” Jawab Aris mengangguk.
“ Kalau kamu berpikiran yang tidak terlalu jauh seperti teman-teman aku juga nggak akan berpikiran jauh juga, kita kan hanya sepasang sahabat yang akan selalu bersama sampai kapan pun!” jelas Sinta.
Hari demi hari, Aris mulai bersikap aneh pada Sinta. Dia sering mengutamakan Sinta daripada teman-temannya yang lain. Bila Sinta ingin pergi keman-mana, dia selalu berusaha menemaninya. Lama-lama Sinta jadi nggak enak dan heran atas sikap sahabatnya itu.
Saat jam kosong di kelasnya, Aris melihat Sinta sedang melamun. Lalu, Aris menghampiri Sinta.
“ Hayoo…lagi ngelamunin aku yach?” kata Aris mengagetkan Sinta.
“ Ehh, kamu Ris! Ngagetin aku aja! Lagian GR ( Gede Rasa )  banget sih kamu,” ucap Sinta sewot.
“ Yeee…ni anak, gitu aja marah! Lagi….. itu yach?ciye…!” celutuk Aris sambil mencubit pipi Sinta.
“ Sok tau loh!” ucap Sinta.
“ Emangnya kamu ngelamunin apa sih? Dari tadi aku perhatiin serius amat ngelamunnya! Lagi ngelamunin nilai ulangan kamu yang pada jatuh yach?” tanya Aris bercanda.
“ Idih…. kamu nggak pernah serius yach, bawaannya bercanda melulu. Ehm…aku lagi falling in love nih!” kata Sinta.
“ Kalau boleh tau sama siapa sih?” tanya Aris penasaran.
“ Ehmm…kasih tau nggak yach, nggak deh..,” ujar Sinta.
“ Kok kayak gitu sih sama aku, pelit banget!” kata Aris.
“ Yaudah aku kasih tau, tapi kamu janji yach untuk nggak nyebar-nyebarin soal ini pada teman-teman kita yang laen. Deal???” kata Sinta membuat perjanjian.
“ Okee. Deal!” seru Aris tanda setuju.
“ Sebenarnya aku lagi jatuh cinta pada Dhani, anak kelas 9 tu lho.” ujar Sinta
“ Ooo…Dhani pemain basket itu tah?” tanya Aris lagi.
“ Iyaaap…..bener banget.” ucap Sinta.
            Tidak lama kemudian, bel tanda pulang berbunyi. Setelah itu, mereka pulang bersama. Sampai di rumah Sinta, hari sudah menjelang sore, akhirnya Aris langsung berpamitan pada Sinta untuk meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya.
“ Ta, aku pulang dulu yach” kata Aris
“ Hati-hati di jalan yach!” seru Sinta

*SEMINGGU KEMUDIAN*

Suatu pagi, tampak Sinta berlari-lari menghampiri Aris yang sedang membaca sebuah komik di kelas.
“ Ris…, tadi…….ta….ta….tadi malam,…..aku….,” ucap Sinta tersengal-sengal sambil mengatur nafasnya.
“ Tunggu dulu Ta, pelan-pelan donk bicaranya….biar aku ngerti apa yang kamu maksudkan!” kata Aris.
“ Ris, sumpah tadi malam Dhany nembak gue!” kata Sinta.
“ Ya….trus….?” tanya Aris.
“ Ya…gue terima!” seru Sinta.
“ Ohhh…..” kata Aris.
“ Kok cuma ohh sih? Kamu setuju nggak kalau sahabat kamu yang cantik ini pacaran sama Dhany?” tanya Sinta lagi.
“ Asal kamu bahagia, aku sih setuju-setuju aja!” jawabnya sewot.
Nah…..gitu donk, ntar gue traktir deh!” cerocos Sinta.
“ Tapi Ta, persahabatan kita masih tetap jalan kan?” tanya Aris lagi.
  Ya iyalah dari SD juga kita kan sudah sahabatan.” jelas Sinta.
“ Makasih ya!” kata Aris.
“ Makasih??? Maksudnya? Kenapa sih kok pakai makasih-makasih segala, nggak biasanya tau nggak?” jawab Sinta.
“ Masak sih, biasa aja lagi! Ehm….jangan lupa traktirannya yach? Aku tunggu lhooo!!” kata Aris sambil mencoba menyimpan rasa galau di hatinya, kemudian pergi meninggalkan sahabatnya yang lagi tersenyum sendiri di bangkunya.
“ Oke deh!” kata Sinta

*DUA BULAN KEMUDIAN*
            Saat jam pulang sekolah, tampak Aris masih asyik menulis puisi di teras kelasnya. Aris tidak langsung pulang karena ia masih menunggu Sinta yang masih ketemuan dengan pacarnya. Tidak lama kemudian, tampak Sinta berlari menghampiri Aris dengan mata yang sembab. Karena penasaran dengan mata Sinta yang sembab, akhirnya Aris bertanya pada Sinta.
“ Sin, Kok mata kamu sembab gitu, kamu habis nangis yach?” tanya Aris.
“ Iya Ris, aku memang habis nangis.” jawabnya sambil terisak isak.
“ Memangnya kenapa kamu kok nangis ?” tanya Aris lagi.
“ Karena barusan, aku…..aku……aku…… mutusin Dhany, Ris.” jawab Sinta yang masih terisak isak.
“ Apa? Kamu yang mutus kok malah kamu juga yang nangis sih? tapi kalau kamu nangis gini, kamu tambah kelihatan cantik deh,” ledek Aris.
“ Jangan bercanda dong Ris, aku serius nih. Sekian lama aku pacaran dengan dia, aku baru tahu kalau dia itu playboy. Aku kecewa banget dengan dia.” kata Sinta sambil mengusap air matanya yang jatuh di pipi merahnya.
“ Maaf deh kalau gitu. Sekarang kamu tunggu di sini sebentar, aku mau beli minuman dulu di kantin buat kita berdua, Oke! Tapi jangan nangis lagi yach.” kata Aris sambil meninggalkan Sinta di teras kelas mereka. Kemudian Sinta beranjak mengambil buku milik Aris yang sempat ditinggalkan oleh Aris. Di dalam buku tersebut terdapat sebuah puisi yang baru ditulis oleh Aris.
            Saat Sinta melihat-lihat isi buku milik Aris tersebut, ia menemukan sebuah puisi yang tidak lain ialah puisi itu adalah puisi yang barusan ditulis oleh Aris. Lalu Sinta membaca puisi tersebu.t
Seraut wajah yang selalu kupandangi
Selalu temani dalam mimpi
Senyummu selalu jadi imajinasi
Dan kata-katamu seakan akan nasehat dalam diri
Sinta……akankah kau tau perasaanku?
Setiap malam ku merindumu
Mengharap belas kasih darimu
Namun ku kan jua menunggu
Bila saatnya nanti kau buka pintu kalbumu
Sinta tersentak kaget setelah membaca puisi itu. Dan tanpa diketahuinya, Aris telah berdiri di belakangnya.
“ Maaf Sin, aku nggak bisa nahan perasaan itu. Saat aku tahu kamu jadian sama Dhany, hati aku sempat hancur, tapi aku berusaha untuk tetap tersenyum manis di depan kamu. Aku tahu mungkin saat ini kamu jadi benci setengah mati sama aku. Tapi kamu juga harus tahu satu hal kalau sebenarnya semakin hari, aku semakin nggak bisa bohongin  diriku sendiri, Sinta!” ucap Aris dengan mata teduh dan kepala yang sedikit menunduk.
“ Aku yang bodoh Ris, selama ini orang yang bener-bener sayang sama aku malah nggak aku perhatiin dan mencari kasih sayang yang palsu dari orang lain,” kata Sinta perlahan.
“ Maksud kamu ?” Tanya Aris heran.
“ Aku juga sayang sama kamu Ris, dan boleh nggak kalau mulai sekarang aku ngelamunin kamu?” jawab Sinta tersenyum seraya mencium pipi Aris dengan lembut, dan meninggalkan Aris dengan langkah bahagia, yang kemudiam disusul oleh Aris dengan langkah bahagia pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar